KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Menyuarakan Kebenaran”.
Makalah ini berisi tentang keteguhan hati
dan ketangguhan sikap dan tindakan untuk menyuarakan kebenaran yang Tuhan
kehendaki. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran agama Kristen Protestan di samping
itu saya berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang belum diketahui
khususnya teman teman dan pembaca makalah ini.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua yang telah
memberikan dukungan baik materi, maupun spiritual.
2. Guru mata pelajaran agama
Kristen Protestan SMAN 20 Bandung.
3. Teman teman yang telah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya
harapkan agar saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Bandung,
7 Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………………………. 2
Daftar
Isi…………………………………………………………………….. 3
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang………………………….………….…....... 4
1.2 Rumusan
Masalah……………………………..………….. 4
1.3 Tujuan
Penulisan…….…………………..………………... 4
BAB
II Pembahasan
2.1
Definisi Kebenaran...………………………… ……..…… 6
2.2
Dilema dalam Menyuarakan Kebenaran……………..…… 6
2.3
Tokoh Alkitab yang Menyuarakan
Kebenaran ....……....... 7
2.4 Ayat Alkitab tentang Menyuarakan
Kebenaran …........... 10
2.5 Ilustrasi
Menyuarakan Kebenara …….……………….… 10
BAB
III Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………… 13
3.2 Saran…………………………………………………….. 13
Penutup…………………………………………………………………….. 14
Daftar
Pustaka……………………………….…………………………….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Seiring
perkembangan peradaban dan banyaknya kejadian besar yang terjadi pada bangsa
ini, maka akan semakin banyak pula tantangan yang muncul seiring dengan
perkembangan zaman dan kemunculan kejadian besar tersebut.
Sekarang
kita sebagai orang yang telah ditebus oleh Tuhan dan menjadi percaya kepada-Nya
terpanggil untuk menjadi saksi-Nya dimanapun kita berada (bnd. Kis. 1:8). Di
tengah bangsa kita yang mengalami krisis moral, adakah keberanian dalam diri
kita menyuarakan suara Tuhan mengecam ketidakadilan dan penindasan terhadap
kaum lemah, mengecam prostitusi, narkoba, miras, judi yang dapat merusak moral
generasi muda? Sebagai hamba Tuhan juga apa kita berani menegur para “oknum
pejabat” yang nota bene sebagai warga jemaat tempat kita melayani yang
melakukan KKN, ketidakjujuran, kebohongan dalam tugasnya? Adakah kita berani
menyampaikan suara kenabian di lingkungan kita? Saya yakin bahwa ini
tugas berat.
Dalam
karya tulis ini, pengikut Kristus dipanggil untuk berani menyuarakan kebenaran. Dalam menyuarakan suara
kebenaran pasti ada tantangan yang kita hadapi. Tetapi jangan mundur. Keyakinan
dan kepercayaan kita kepada Tuhan akan membantu diri kita sendiri bahwa Tuhan
akan setia kepada janji-Nya untuk menyertai kita.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah menyuarakan kebenaran itu?
2.
Apa manfaat dari menyuarakan kebenaran?
3.
Apa ayat alkitab yang berisi tentang menyuarakan kebenaran?
4.
Siapa tokoh alkitab yang menyuarakan kebenaran?
1.3.TUJUAN
PENELITIAN
Karya
tulis ini disusun dengan sistematika yang telah ada dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk memenuhi tugas akhir praktik Pendidikan Agama Kristen Protestan yang telah diberikan
oleh guru pengajar mata
pelajaran
Pendidikan Agama Kristen Protestan yaitu
Ibu Rifandari.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan pedoman bagi siswa-siswi SMAN 20 Bandung untuk berani menyuarakan kebenaran di
lingkungan sekitar.
3. Sebagai ilmu pengetahuan bagi seluruh masyarakat dalam kehidupan
mereka agar mendapat hidup
yang berpedoman dalam kebenaran dalam Tuhan Yesus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI KEBENARAN
Pendidikan
pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk
menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua
orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan
kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Kebenaran
sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan
manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus
menerus apakah hakekat kebenaran itu?
Jika
manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang
kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik psikologis. Menyuarakan
kebenaran adalah salah satu cara untuk memberi makna bagi diri kita sebagai
umat manusia. Upaya menyuarakan kebenaran pasti mendapatkan tantangan cukup
berat. Tetapi selama kita berkomitmen untuk memperjuangkan nilai-nilai
moralitas maka suatu saat pasti kita akan memetik hasil yang positif pula.
2.2. DILEMA DALAM MENYUARAKAN KEBENARAN
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita semua diperhadapkan dengan satu dilema antara menyuarakan
kebenaran atau tidak. Sering sekali gereja (termasuk para hamba Tuhan) dituntut
oleh umat (warga jemaat) untuk menyuarakan suara ke-Nabi-an. Persoalannya
sekarang adalah ketika para hamba Tuhan berani menyuarakan sekaligus mengkritik
perilaku setiap “oknum” yang melakukan satu tindakan tercela seperti pejabat
yang korupsi, judi, miras, narkoba, membungakan uang (riba), prostitusi,
dll melalui khotbah baik di atas mimbar gereja atau dalam pertemuan-pertemuan
pelayanan gereja lainnya (PA/PD), para pelayan tersebut dianggap menyinggung
perasaan. Dampaknya lebih lanjut terkadang warga jemaat yang merasa terganggu
dengan khotbah/renungan tersebut memarahi hamba Tuhan atau ketika oknum
tersebut orang yang punya kepentingan lebih dalam gereja meminta majelis untuk
memindahkan hamba Tuhan tersebut atau dia pindah ke gereja lain sambil
menceritakan keburukan gereja yang selama ini dia berada.
Demikian
juga dalam kehidupan berkeluarga, kadang kala orangtua susah menegur anaknya
karena anaknya suka mengabaikan bahkan melawan nasehat orangtuanya. Juga dalam
hidup bertetangga, ketika melihat ada ketidakberesan dengan sesama kita lalu
menegur perilaku buruk tersebut dianggap mencampuri urusan orang lain. Intinya
menyuarakan kebenaran bagaikan makan buah simalakama. Menyampaikan akan
menyinggung orang lain, tetapi bila tidak hati nurani dan iman kita juga
menegur diri kita sendiri.
2.3.TOKOH ALKITAB YANG MENYUARAKAN KEBENARAN
1.
DAUD
Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah
tempat pengungsiannya.. - Mazmur 52:9a
Pengalaman Daud yang berproses menuju tahta raja
Israel, membentuknya menjadi pribadi yang makin kokoh, bukan hanya secara fisik
tetapi makin kokoh karakter dan kehidupan imannya. Daud sebagai pribadi yang
bertumbuh dalam pengenalan akan kasih dan kuasa Tuhan, menjadi pribadi yang
berani untuk menyatakan sikap dan keyakinannya di hadapan orang banyak tentang
Tuhan yang Mahakasih dan Mahasetia. Dan bersamaan dengan itu, sikap dan tindakan
iman Daud juga dinyatakan dalam relasi dengan sesamanya. Daud berani untuk
menyuarakan kebenaran! Daud mengingatkan banyak orang yang bersikap dan
bertindak bukan atas dasar kehendak Tuhan (ayat 3-6). Pengalaman iman bertumbuh
dan berjalan bersama dengan Tuhan memberikan keteguhan hati bagi Daud untuk
terus setia kepada Tuhan, sekali pun banyak tantangan dan godaan. Karenanya,
Daud juga berani menegur orang yang tidak setia dan tidak mengandalkan Tuhan
bahkan melawan Tuhan. Daud berani untuk berhadapan dengan orang-orang fasik,
Daud berani menyuarakan kebenaran tentang Kuasa dan Kasih Tuhan (ayat 7-9).
Dengan tegas Daud menyatakan bahwa orang yang meremehkan bahkan melawan Tuhan
akan menerima ganjaran yang setimpal bahkan fatal bagi hidupnya. Keangkuhan
manusia sering membuat manusia lupa akan kasih dan kuasa Tuhan.
Sikap Daud menjadi pelajaran, bahwa dalam menjalani
hidup beriman, kita tidak hanya memikirkan kebenaran itu untuk diri kita
sendiri, tetapi juga mau menyuarakan kebenaran dalam berbagai situasi.
Kecenderungan yang ada sekarang adalah sikap dan tindakan membenarkan yang
biasa; padahal yang biasa itu belum tentu baik, bermanfaat dan benar. Karena
itu sebagai orang yang beriman semestinya kita berani untuk menyatakan
kebenaran Allah dalam hidup ini, atau dengan kata lain, membiasakan yang benar
dan bukan membenarkan yang biasa.
2.
YEREMIA
Yeremia 50 : 7 “Siapapun
yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata:
Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada Tuhan, tempat
kebenaran, Tuhan, pengharapan nenek moyang mereka!”
Yeremia,
adalah salah satu Nabi yang dipakai Allah untuk menyuarakan kehendak-Nya.
Sekalipun, Yeremia sewaktu masih muda merasa tidak yakin akan kemampuannya,
Allah memakainya karena Allah melihat bahwa Yeremia akan berlaku benar kepada
tanggungjawabnya dan yang akan berdiri demi kebenaran sekalipun mendapat
perlawanan besar.
Di tengah-tengah kebinasaan umum yang akan segera dialami
oleh bangsa Israel, Yeremia diizinkan memandang kepada pengharapan-pengharapan
mulia pada masa yang akan datang, ketika umat Allah akan ditebus dari negeri
musuh dan ditempatkan kembali ke Sion.
3. AMOS
Amos 7:7-15
Membaca kitab Amos, pada perenungan
ini, kita ditambah-tambahkan pengertian tentang menyuarakan kebenaran. Amos,
sebagaimana pengakuaannya dalam panduan tematik tadi. Mengaku orang awam, tanpa
status nabi. Amos memberi tahu hal ini ketika dia menyangkal bahwa dia bukan
nabi, termasuk golongan tersebut (Amos. 7:14). Namun, Tuhan menaruh kepadanya
beban berani menyuarakan kebenaran. Hal itu diartikan terbeban, atau mampu
pemikul beban.
Amos terpanggil menegakkan panggilan
Tuhan. Amos pergi ke Betel, tempat tinggal raja Yerobeam II sebagai pusat agama
yang disesaki para sremonia agama. Di sanalah Amos dengan lantam, berani
memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukuman Tuhan. Amos tak gentar
memperdengarkan suara kenabian, suara ilahi.
Amos menyatakan Allah sedang mengukur
Israel dengan tali sipat. Tali sipat adalah tali yang berbandul timah pada
ujungnya yang dipakai oleh tukang batu untuk memastikan ketegaklurusan tembok.
Israel, bangsa pilihan Tuhan, didapati dalam keadaan tidak lurus lagi, tidak
setia akan janji Tuhan, dan mungkin akan roboh karena mereka telah menolak
kebenaran Tuhan. Karena penimpangan itu, dosa Israel, hukuman Tuhan datang.
Perenungan ini, oleh nabi Amos,
mengajarkan untuk kita berani bersuara lantam walau sepertinya ditolak. Dalama
menegakkan kebenaran, Tuhan tidak menuntut kita langsung sempurna, tetapi
berjuang untuk kesempurnaan. Kita dituntut supaya kita ada pembaharuan,
perbaikan diri, yang menjadi citra setelah perubahan (pertobatan). Ini
merupakan pesan hidup; di mana ada hidup sejati, maka disana pasti ada hidup
yang mau taat pada Tuhan. Sebaliknya, jika tidak ada kesadaran diri, perubahan
yang terus-menurus, kita akan terjerembab pada lobang yang sama. Berputar-putar
pada lingkaran yang sama.
Jadi terang bagi dunia yang gelap.
Tuhan memanggil anak-anaknya untuk menegakkan keadilan. Meskin secara daging
berbahaya. Nyawa terancam. Maka, janganlah takut dengan semua itu. Dunia akan
terus berusaha membuat kita semakin terjepit, sehingga akhirnya orang tidak
berani mengaku sebagai Kristen lagi. Saking banyaknya halangan. Sesungguhnya
hidup akan menjadi indah ketika kita mampu menegakkan kebenaran, walau
terhempas dari kenyamanan dunia. Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya, asal
seluruh hidup kita didasarkan pada takut akan Tuhan.
Sebaliknya, kalau kita takut pada
dunia, maka dunia akan membuat kita kuatir, lalu mengantungkan seluruhnya pada
dunia. Akhirnya menjauhkan kita dari Tuhan. Menjadi titik kehancuran kita
karena membawa kita hidup dalam kebinasaan, dan pada akhirnya kita tidak mampu
menegakkan kebenaran. Sikap setia memberitakan kebenaran, itu penting. Berani
menyatakan kebenaran harus ada dalam diri setiap orang Kristen. Apa pun
risikonya. Sekalipun kita harus menghadapi ancaman. Itu berarti Tuhan
menganggap kita layak menderita bagi Kristus.
4. PAULUS
Kisah Rasul 21 : 37 – 40
Mari kita belajar dari tindakan Paulus. Paulus, ketika
orang-orang Yahudi dari Asia iri dan dengki terhadap keberhasilan dalam
pelayanannya kepada bangsa-bangsa lain, dan kedengkian mereka diwujudkan dengan
memprovokasi atau menghasut orang-orang Yahudi di Yerusalem yang berakibat pada
penganiyaan secara fisik terhadap Paulus dari orang-orang Yahudi di Yerusalem;
Paulus sama sekali tidak takut dan gentar. Ia tidak mau bungkam atau tutup
mulut. Ia ingin menjelaskan kepada orang banyak tentang dirinya yaitu latar
belakangnya sebelum dan sesudah ia ditangkap Kristus menjadi saksi-Nya. Karena
itu Paulus meminta kepada kepala pasukan yang melindunginya agar diperbolehkan
berbicara kepada orang banyak itu. Ketika kepala pasukan memperbolehkan maka
berbicaralah Paulus kepada orang banyak itu.
Keberanian,
keteguhan hati dan kesabaran Paulus menghadapi orang-orang yang memfitnahnya
dan yang menganiaya seharusnya menjadi contoh bagi kita bahwa tatkala kita
difitnah atau mungkin diperlakukan orang dengan semena-mena bahkan mengalami
tindakan kekerasan fisik sekalipun, jangan pernah kita tutup mulut. Jangan
berhenti untuk tetap menyuarakan kebenaran. Sebab itulah panggilan hidup kita
sebagai orang percaya, dan Kristus sudah memberikan teladan bagi kita.
2.4.
AYAT ALKITAB TENTANG MENYUARAKAN KEBENARAN
1. Kisah Rasul. 1:8
"Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
2. Mazmur 52:9a
“Lihatlah orang itu yang tidak
menjadikan Allah tempat pengungsiannya..”
3.
Yeremia 50 : 7
“Siapapun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan
mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada Tuhan,
tempat kebenaran, Tuhan, pengharapan nenek moyang mereka!”
4.
Kisah Rasul 21 : 37 – 40
Paulus minta izin berbicara
21:37
Ketika Paulus
hendak dibawa masuk ke markas, ia berkata kepada kepala pasukan
itu: "Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?" Jawabnya:
"Tahukah engkau bahasa Yunani? 21:38 Jadi engkau bukan orang Mesir itu,
yang baru-baru ini
menimbulkan pemberontakan dan melarikan empat ribu orang pengacau bersenjata ke
padang gurun? 21:39 Paulus menjawab: "Aku adalah
orang Yahudi, dari Tarsus, warga
dari kota yang terkenal di Kilikia; aku
minta, supaya aku diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu." 21:40
Sesudah Paulus diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga
dan memberi isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang, mulailah ia berbicara kepada
mereka dalam bahasa Ibrani.
2.5. ILUSTRASI MENYUARAKAN KEBENARAN
Di tengah
bangsa kita yang mengalami krisis moral, adakah keberanian dalam diri kita
menyuarakan suara Tuhan mengecam ketidakadilan dan penindasan terhadap kaum
lemah, mengecam prostitusi, narkoba, miras, judi yang dapat merusak moral
generasi muda? Adakah kita berani menyampaikan suara kenabian di lingkungan
kita?
1.
PERISTIWA
CONTEK MASAL UN
Ingatkah
peristiwa tahun lalu yang terjadi di daerah Surabaya (Jawa Timur) ketika
seorang anak Sekolah Dasar dengan polos dan jujur melaporkan kepada
orangtuanya adanya indikasi contek masal pada saat Ujian Akhir Nasional
di sekolahnya? Kemudian orangtuanya melaporkan kepada pejabat setempat kasus
ini. Apa yang terjadi bukannya didukung oleh orangtua yang lain, justru anak
ini dan keluarganya diusir dari rumah dan dari kampung halaman mereka. Namun
mereka tetap teguh pada prinsip kejujuran. Dampaknya, orang sekampungnya sadar
dan meminta mereka kembali ke kampung. Ini menunjukkan mahalnya nilai kejujuran
dan kebenaran.
Demikian
juga halnya dengan kita. Tentu saja terlebih dahulu kita melihat diri kita apa
sudah mampu menjalankan apa yang kita sampaikan atau belum. Ada juga
kecenderungan orang lebih senang untuk menegur orang lain, padahal dirinya
sendiri berbuat hal yang sama. Itu sebabnya Yesus dalam Mat. 7:3-5 “Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu:
Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam
matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau
akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
saudaramu.”. Intinya menyuarakan kebenaran tentu dengan memulai dari diri
sendiri.
2.
PENDETA DAN
JEMAAT
Pada satu
hari Minggu, tepat setelah kebaktian baru selesai dan semua anggota jemaat
bersalaman dengan para pelayan ibadah hari itu. Tiba-tiba ada seorang pemuda. Setelah
bersalaman dengan pendeta yang baru khotbah tadi, pemuda itu menampar pipi
kanan sang pendeta itu.
Pendetanya
kaget bukan main, tapi dia langsung ingat khotbahnya tadi. “Bila ada seseorang
yang menampar pipi kananmu, berilah pipi kirimu!”.Makanya pendeta itu gak jadi
marah, malah memberikan juga pipi kirinya pada si pemuda itu.
Pemuda
tadi melihat sang pendeta gak marah dan malah memberikan pipi kirinya lagi,
kontan saja langsung menampar sekali lagi pipi sang pendeta itu. Dua kali,
kanan dan kiri.
Setelah
pemuda itu menampar juga pipi kiri pendeta, pendeta pun tersenyum. Dan tak
berapa lama "Plaaakkkk!!!!" Pendeta itu menampar pipi si pemuda yang
tadi sudah dua kali menamparnya itu.
Pemuda itu
pun marah, "Pendeta gimana sih? Kenapa Pendeta nampar saya? Gak sesuai
banget kayak khotbahnya tadi nih pak Pendeta, malah nampar saya sekarang."
Pendeta
itu pun kemudian berkata, "Emang bener sih ada firman Tuhan yang bilang
tampar pipi kanan kasih pipi kiri, itu kan tadi kita dengar khotbahnya. Tapi
kan gak ada firman Tuhan yang mengatakan bagaimana dan apa yang harus kita
lakukan selanjutnya kalau sudah pipi kanan dan kiri kita ini ditampar. Makanya
saya pikir kelanjutannya adalah setelah ditampar pipi kanan dan kiri saya, ya
saya baleslah nampar pipimu itu, kan firman Tuhan-nya sudah dilakukan: ada yang
nampar, kasih pipi sebelah juga biar ditampar sekalian. Setelah itu? Ya di sini
sih saya bilang… ku tampar kau balik."
Itu memang
cuma sekedar cerita saja sih. Akan tetapi apa yang menjadi inti dari cerita
tadi mudah sekali kita jumpai dalam keseharian hidup kita. Seringkali kita
melihat bahkan menyadari bahwa antara ucapan dan perbuatan itu gak sejalan. Apa
yang dikatakan berbeda jalan dengan apa yang kita lakukan. Seseorang yang
berkata "Aku ini pengikut Kristus", tapi sayang kehidupannya tak
mencerminkan "Ke-Kristus-an".
Dalam
pembacaan Alkitab kita hari ini, Paulus menceritakan pengalamannya ketika ia
bertemu dengan Kefas (Petrus) yang ia katakan "laku tindakan mereka itu
tidak sesuai dengan Kebenaran Injil" (ayat 12-14).
Hari ini
kita sama-sama mau belajar tentang bagaimana dan apa yang harus kita lakukan
ketika, seperti Paulus, kita berjumpa dengan seseorang yang "laku
tindakannya itu tak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan", padahal mereka
itu berkata "aku ini pengikut Kristus".
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menyuarakan kebenaran adalah salah satu
cara untuk memberi makna bagi diri kita sebagai umat manusia. Namun di tengah
kultur kehidupan yang semakin individualis dan mendewakan materialisme seperti
saat ini, upaya menyuarakan kebenaran pasti mendapatkan tantangan cukup berat.
Tetapi selama kita berkomitmen untuk memperjuangkan nilai-nilai moralitas maka
suatu saat pasti kita akan memetik hasil yang positif pula.
Dalam
menyuarakan suara kebenaran pasti ada tantangan yang kita hadapi. Jangan
mundur! Jadilah seperti Yeremia yang menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Keyakinan dan kepercayaan kita kepada Tuhan akan membantu diri kita sendiri
bahwa Tuhan akan setia kepada janji-Nya untuk menyertai kita.
3.2 SARAN
1.
Jangan
ragu untuk menyuarakan kebenaran.
2.
Tetapi
terlebih dahulu perbaiki diri sendiri terutama sikap kita agar sesuai dengan
nilai-nilai moralitas.
3.
Bersikaplah
waspada untuk terus memperbaiki diri, karena perubahan itu terjadi secara
perlahan tanpa kita sadari.
4.
Tetap
teguh dan tangguh untuk menyuarakan kebenaran.
5. Selamat
Menyuarakan Suara Kebenaran!
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai
menyuarakan kebenaran dalam makalah ini. Tentunya masihb banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya tujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Saya banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun bagi saya demi sempurnanya makalah
ini di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi saya
dan pada khusunya juga para pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar