Toreng Toreng Torenggggg.....

Welcome to my lovely blog everybodyyyy.
Visit me through twitter: @deviflorenci facebook: fmailto:florencidevi@gmail.com line: deviflorenci email: deviflorenci@yahoo.com Thankyou for visit my blog :)

Kamis, 31 Juli 2014

MAKALAH MENYUARAKAN KEBENARAN



KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menyuarakan Kebenaran”.
Makalah ini berisi tentang keteguhan hati dan ketangguhan sikap dan tindakan untuk menyuarakan kebenaran yang Tuhan kehendaki. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran agama Kristen Protestan di samping itu saya berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang belum diketahui khususnya teman teman dan pembaca makalah ini.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi, maupun spiritual.
2.      Guru mata pelajaran agama Kristen Protestan SMAN 20 Bandung.
3.      Teman teman yang telah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan agar saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Bandung, 7 Maret 2014

Penulis









DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………….   2
Daftar Isi……………………………………………………………………..    3
BAB I Pendahuluan
1.1            Latar Belakang………………………….………….….......   4
1.2            Rumusan Masalah……………………………..…………..   4
1.3            Tujuan Penulisan…….…………………..………………...   4
BAB II Pembahasan
2.1            Definisi Kebenaran...………………………… ……..……    6
2.2            Dilema dalam Menyuarakan Kebenaran……………..……   6
2.3            Tokoh Alkitab yang Menyuarakan Kebenaran ....…….......   7
2.4            Ayat Alkitab tentang Menyuarakan Kebenaran …...........    10
2.5            Ilustrasi Menyuarakan Kebenara …….……………….…    10
BAB III Penutup
3.1            Kesimpulan………………………………………………   13
3.2            Saran……………………………………………………..   13
Penutup……………………………………………………………………..    14
Daftar Pustaka……………………………….……………………………..    15

                     




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan peradaban dan banyaknya kejadian besar yang terjadi pada bangsa ini, maka akan semakin banyak pula tantangan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman dan kemunculan kejadian besar tersebut.
Sekarang kita sebagai orang yang telah ditebus oleh Tuhan dan menjadi percaya kepada-Nya terpanggil untuk menjadi saksi-Nya dimanapun kita berada (bnd. Kis. 1:8). Di tengah bangsa kita yang mengalami krisis moral, adakah keberanian dalam diri kita menyuarakan suara Tuhan mengecam ketidakadilan dan penindasan terhadap kaum lemah, mengecam prostitusi, narkoba, miras, judi yang dapat merusak moral generasi muda? Sebagai hamba Tuhan juga apa kita berani menegur para “oknum pejabat” yang nota bene sebagai warga jemaat tempat kita melayani yang melakukan KKN, ketidakjujuran, kebohongan dalam tugasnya? Adakah kita berani menyampaikan suara kenabian di lingkungan kita?  Saya yakin bahwa ini tugas berat.
Dalam karya tulis ini, pengikut Kristus dipanggil untuk berani menyuarakan kebenaran. Dalam menyuarakan suara kebenaran pasti ada tantangan yang kita hadapi. Tetapi jangan mundur. Keyakinan dan kepercayaan kita kepada Tuhan akan membantu diri kita sendiri bahwa Tuhan akan setia kepada janji-Nya untuk menyertai kita.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah menyuarakan kebenaran itu?
2. Apa manfaat dari menyuarakan kebenaran?
3. Apa ayat alkitab yang berisi tentang menyuarakan kebenaran?
4. Siapa tokoh alkitab yang menyuarakan kebenaran?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
Karya tulis ini disusun dengan sistematika yang telah ada dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk memenuhi tugas akhir praktik Pendidikan Agama Kristen Protestan yang telah diberikan oleh guru pengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Protestan yaitu Ibu Rifandari.
2.      Sebagai bahan pembelajaran dan pedoman bagi siswa-siswi SMAN 20 Bandung untuk berani menyuarakan kebenaran di lingkungan sekitar.
3.      Sebagai ilmu pengetahuan bagi seluruh masyarakat dalam kehidupan mereka agar mendapat hidup yang berpedoman dalam kebenaran dalam Tuhan Yesus.




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI KEBENARAN
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu?
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik psikologis. Menyuarakan kebenaran adalah salah satu cara untuk memberi makna bagi diri kita sebagai umat manusia. Upaya menyuarakan kebenaran pasti mendapatkan tantangan cukup berat. Tetapi selama kita berkomitmen untuk memperjuangkan nilai-nilai moralitas maka suatu saat pasti kita akan memetik hasil yang positif pula.
2.2. DILEMA DALAM MENYUARAKAN KEBENARAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua diperhadapkan dengan satu dilema antara menyuarakan kebenaran atau tidak. Sering sekali gereja (termasuk para hamba Tuhan) dituntut oleh umat (warga jemaat) untuk menyuarakan suara ke-Nabi-an. Persoalannya sekarang adalah ketika para hamba Tuhan berani menyuarakan sekaligus mengkritik perilaku setiap “oknum” yang melakukan satu tindakan tercela seperti pejabat yang korupsi, judi, miras, narkoba, membungakan uang (riba),  prostitusi, dll melalui khotbah baik di atas mimbar gereja atau dalam pertemuan-pertemuan pelayanan gereja lainnya (PA/PD), para pelayan tersebut dianggap menyinggung perasaan. Dampaknya lebih lanjut terkadang warga jemaat yang merasa terganggu dengan khotbah/renungan tersebut memarahi hamba Tuhan atau ketika oknum tersebut orang yang punya kepentingan lebih dalam gereja meminta majelis untuk memindahkan hamba Tuhan tersebut atau dia pindah ke gereja lain sambil menceritakan keburukan gereja yang selama ini dia berada.
Demikian juga dalam kehidupan berkeluarga, kadang kala orangtua susah menegur anaknya karena anaknya suka mengabaikan bahkan melawan nasehat orangtuanya. Juga dalam hidup bertetangga, ketika melihat ada ketidakberesan dengan sesama kita lalu menegur perilaku buruk tersebut dianggap mencampuri urusan orang lain. Intinya menyuarakan kebenaran bagaikan makan buah simalakama. Menyampaikan akan menyinggung orang lain, tetapi bila tidak hati nurani dan iman kita juga menegur diri kita sendiri.
2.3.TOKOH ALKITAB YANG MENYUARAKAN KEBENARAN
1.      DAUD
Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya.. - Mazmur 52:9a
Pengalaman Daud yang berproses menuju tahta raja Israel, membentuknya menjadi pribadi yang makin kokoh, bukan hanya secara fisik tetapi makin kokoh karakter dan kehidupan imannya. Daud sebagai pribadi yang bertumbuh dalam pengenalan akan kasih dan kuasa Tuhan, menjadi pribadi yang berani untuk menyatakan sikap dan keyakinannya di hadapan orang banyak tentang Tuhan yang Mahakasih dan Mahasetia. Dan bersamaan dengan itu, sikap dan tindakan iman Daud juga dinyatakan dalam relasi dengan sesamanya. Daud berani untuk menyuarakan kebenaran! Daud mengingatkan banyak orang yang bersikap dan bertindak bukan atas dasar kehendak Tuhan (ayat 3-6). Pengalaman iman bertumbuh dan berjalan bersama dengan Tuhan memberikan keteguhan hati bagi Daud untuk terus setia kepada Tuhan, sekali pun banyak tantangan dan godaan. Karenanya, Daud juga berani menegur orang yang tidak setia dan tidak mengandalkan Tuhan bahkan melawan Tuhan. Daud berani untuk berhadapan dengan orang-orang fasik, Daud berani menyuarakan kebenaran tentang Kuasa dan Kasih Tuhan (ayat 7-9). Dengan tegas Daud menyatakan bahwa orang yang meremehkan bahkan melawan Tuhan akan menerima ganjaran yang setimpal bahkan fatal bagi hidupnya. Keangkuhan manusia sering membuat manusia lupa akan kasih dan kuasa Tuhan.
Sikap Daud menjadi pelajaran, bahwa dalam menjalani hidup beriman, kita tidak hanya memikirkan kebenaran itu untuk diri kita sendiri, tetapi juga mau menyuarakan kebenaran dalam berbagai situasi. Kecenderungan yang ada sekarang adalah sikap dan tindakan membenarkan yang biasa; padahal yang biasa itu belum tentu baik, bermanfaat dan benar. Karena itu sebagai orang yang beriman semestinya kita berani untuk menyatakan kebenaran Allah dalam hidup ini, atau dengan kata lain, membiasakan yang benar dan bukan membenarkan yang biasa.
2.      YEREMIA
Yeremia 50 : 7  “Siapapun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada Tuhan, tempat kebenaran, Tuhan, pengharapan nenek moyang mereka!”
Yeremia, adalah salah satu Nabi yang dipakai Allah untuk menyuarakan kehendak-Nya. Sekalipun, Yeremia sewaktu masih muda merasa tidak yakin akan kemampuannya, Allah memakainya karena Allah melihat bahwa Yeremia akan berlaku benar kepada tanggungjawabnya dan yang akan berdiri demi kebenaran sekalipun mendapat perlawanan besar.
Di tengah-tengah kebinasaan umum yang akan segera dialami oleh bangsa Israel, Yeremia diizinkan memandang kepada pengharapan-pengharapan mulia pada masa yang akan datang, ketika umat Allah akan ditebus dari negeri musuh dan ditempatkan kembali ke Sion.
3.      AMOS
Amos 7:7-15
Membaca kitab Amos, pada perenungan ini, kita ditambah-tambahkan pengertian tentang menyuarakan kebenaran. Amos, sebagaimana pengakuaannya dalam panduan tematik tadi. Mengaku orang awam, tanpa status nabi. Amos memberi tahu hal ini ketika dia menyangkal bahwa dia bukan nabi, termasuk golongan tersebut (Amos. 7:14). Namun, Tuhan menaruh kepadanya beban berani menyuarakan kebenaran. Hal itu diartikan terbeban, atau mampu pemikul beban.
Amos terpanggil menegakkan panggilan Tuhan. Amos pergi ke Betel, tempat tinggal raja Yerobeam II sebagai pusat agama yang disesaki para sremonia agama. Di sanalah Amos dengan lantam, berani memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukuman Tuhan. Amos tak gentar memperdengarkan suara kenabian, suara ilahi.
Amos menyatakan Allah sedang mengukur Israel dengan tali sipat. Tali sipat adalah tali yang berbandul timah pada ujungnya yang dipakai oleh tukang batu untuk memastikan ketegaklurusan tembok. Israel, bangsa pilihan Tuhan, didapati dalam keadaan tidak lurus lagi, tidak setia akan janji Tuhan, dan mungkin akan roboh karena mereka telah menolak kebenaran Tuhan. Karena penimpangan itu, dosa Israel, hukuman Tuhan datang.
Perenungan ini, oleh nabi Amos, mengajarkan untuk kita berani bersuara lantam walau sepertinya ditolak. Dalama menegakkan kebenaran, Tuhan tidak menuntut kita langsung sempurna, tetapi berjuang untuk kesempurnaan. Kita dituntut supaya kita ada pembaharuan, perbaikan diri, yang menjadi citra setelah perubahan (pertobatan). Ini merupakan pesan hidup; di mana ada hidup sejati, maka disana pasti ada hidup yang mau taat pada Tuhan. Sebaliknya, jika tidak ada kesadaran diri, perubahan yang terus-menurus, kita akan terjerembab pada lobang yang sama. Berputar-putar pada lingkaran yang sama.
Jadi terang bagi dunia yang gelap. Tuhan memanggil anak-anaknya untuk menegakkan keadilan. Meskin secara daging berbahaya. Nyawa terancam. Maka, janganlah takut dengan semua itu. Dunia akan terus berusaha membuat kita semakin terjepit, sehingga akhirnya orang tidak berani mengaku sebagai Kristen lagi. Saking banyaknya halangan. Sesungguhnya hidup akan menjadi indah ketika kita mampu menegakkan kebenaran, walau terhempas dari kenyamanan dunia. Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya, asal seluruh hidup kita didasarkan pada takut akan Tuhan.
Sebaliknya, kalau kita takut pada dunia, maka dunia akan membuat kita kuatir, lalu mengantungkan seluruhnya pada dunia. Akhirnya menjauhkan kita dari Tuhan. Menjadi titik kehancuran kita karena membawa kita hidup dalam kebinasaan, dan pada akhirnya kita tidak mampu menegakkan kebenaran. Sikap setia memberitakan kebenaran, itu penting. Berani menyatakan kebenaran harus ada dalam diri setiap orang Kristen. Apa pun risikonya. Sekalipun kita harus menghadapi ancaman. Itu berarti Tuhan menganggap kita layak menderita bagi Kristus.
4.      PAULUS
Kisah Rasul 21 : 37 – 40
            Mari kita belajar dari tindakan Paulus. Paulus, ketika orang-orang Yahudi dari Asia iri dan dengki terhadap keberhasilan dalam pelayanannya kepada bangsa-bangsa lain, dan kedengkian mereka diwujudkan dengan memprovokasi atau menghasut orang-orang Yahudi di Yerusalem yang berakibat pada penganiyaan secara fisik terhadap Paulus dari orang-orang Yahudi di Yerusalem; Paulus sama sekali tidak takut dan gentar. Ia tidak mau bungkam atau tutup mulut. Ia ingin menjelaskan kepada orang banyak tentang dirinya yaitu latar belakangnya sebelum dan sesudah ia ditangkap Kristus menjadi saksi-Nya. Karena itu Paulus meminta kepada kepala pasukan yang melindunginya agar diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu. Ketika kepala pasukan memperbolehkan maka berbicaralah Paulus kepada orang banyak itu.
Keberanian, keteguhan hati dan kesabaran Paulus menghadapi orang-orang yang memfitnahnya dan yang menganiaya seharusnya menjadi contoh bagi kita bahwa tatkala kita difitnah atau mungkin diperlakukan orang dengan semena-mena bahkan mengalami tindakan kekerasan fisik sekalipun, jangan pernah kita tutup mulut. Jangan berhenti untuk tetap menyuarakan kebenaran. Sebab itulah panggilan hidup kita sebagai orang percaya, dan Kristus sudah memberikan teladan bagi kita.
2.4. AYAT ALKITAB TENTANG MENYUARAKAN KEBENARAN
1.      Kisah Rasul. 1:8
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
2.      Mazmur 52:9a
“Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya..”
3.      Yeremia 50 : 7
“Siapapun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada Tuhan, tempat kebenaran, Tuhan, pengharapan nenek moyang mereka!”
4.      Kisah Rasul 21 : 37 – 40
Paulus minta izin berbicara
21:37  Ketika Paulus hendak dibawa masuk ke markas, ia berkata kepada kepala pasukan itu: "Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?" Jawabnya: "Tahukah engkau bahasa Yunani? 21:38 Jadi engkau bukan orang Mesir itu, yang baru-baru ini menimbulkan pemberontakan dan melarikan empat ribu orang pengacau bersenjata ke padang gurun? 21:39 Paulus menjawab: "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus,  warga dari kota yang terkenal di Kilikia; aku minta, supaya aku diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu." 21:40 Sesudah Paulus diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga dan memberi isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang, mulailah ia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani.
2.5. ILUSTRASI MENYUARAKAN KEBENARAN
Di tengah bangsa kita yang mengalami krisis moral, adakah keberanian dalam diri kita menyuarakan suara Tuhan mengecam ketidakadilan dan penindasan terhadap kaum lemah, mengecam prostitusi, narkoba, miras, judi yang dapat merusak moral generasi muda? Adakah kita berani menyampaikan suara kenabian di lingkungan kita?
1.      PERISTIWA CONTEK MASAL UN
Ingatkah peristiwa tahun lalu yang terjadi di daerah Surabaya (Jawa Timur) ketika seorang anak Sekolah Dasar dengan polos dan jujur melaporkan kepada orangtuanya  adanya indikasi contek masal pada saat Ujian Akhir Nasional di sekolahnya? Kemudian orangtuanya melaporkan kepada pejabat setempat kasus ini. Apa yang terjadi bukannya didukung oleh orangtua yang lain, justru anak ini dan keluarganya diusir dari rumah dan dari kampung halaman mereka. Namun mereka tetap teguh pada prinsip kejujuran. Dampaknya, orang sekampungnya sadar dan meminta mereka kembali ke kampung. Ini menunjukkan mahalnya nilai kejujuran dan kebenaran.
Demikian juga halnya dengan kita. Tentu saja terlebih dahulu kita melihat diri kita apa sudah mampu menjalankan apa yang kita sampaikan atau belum.  Ada juga kecenderungan orang lebih senang untuk menegur orang lain, padahal dirinya sendiri berbuat hal yang sama. Itu sebabnya Yesus dalam Mat. 7:3-5  “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”. Intinya menyuarakan kebenaran tentu dengan memulai dari diri sendiri.
2.      PENDETA DAN JEMAAT
Pada satu hari Minggu, tepat setelah kebaktian baru selesai dan semua anggota jemaat bersalaman dengan para pelayan ibadah hari itu. Tiba-tiba ada seorang pemuda. Setelah bersalaman dengan pendeta yang baru khotbah tadi, pemuda itu menampar pipi kanan sang pendeta itu. 
Pendetanya kaget bukan main, tapi dia langsung ingat khotbahnya tadi. “Bila ada seseorang yang menampar pipi kananmu, berilah pipi kirimu!”.Makanya pendeta itu gak jadi marah, malah memberikan juga pipi kirinya pada si pemuda itu.
Pemuda tadi melihat sang pendeta gak marah dan malah memberikan pipi kirinya lagi, kontan saja langsung menampar sekali lagi pipi sang pendeta itu. Dua kali, kanan dan kiri.
Setelah pemuda itu menampar juga pipi kiri pendeta, pendeta pun tersenyum. Dan tak berapa lama "Plaaakkkk!!!!" Pendeta itu menampar pipi si pemuda yang tadi sudah dua kali menamparnya itu.
Pemuda itu pun marah, "Pendeta gimana sih? Kenapa Pendeta nampar saya? Gak sesuai banget kayak khotbahnya tadi nih pak Pendeta, malah nampar saya sekarang."
Pendeta itu pun kemudian berkata, "Emang bener sih ada firman Tuhan yang bilang tampar pipi kanan kasih pipi kiri, itu kan tadi kita dengar khotbahnya. Tapi kan gak ada firman Tuhan yang mengatakan bagaimana dan apa yang harus kita lakukan selanjutnya kalau sudah pipi kanan dan kiri kita ini ditampar. Makanya saya pikir kelanjutannya adalah setelah ditampar pipi kanan dan kiri saya, ya saya baleslah nampar pipimu itu, kan firman Tuhan-nya sudah dilakukan: ada yang nampar, kasih pipi sebelah juga biar ditampar sekalian. Setelah itu? Ya di sini sih saya bilang… ku tampar kau balik."
Itu memang cuma sekedar cerita saja sih. Akan tetapi apa yang menjadi inti dari cerita tadi mudah sekali kita jumpai dalam keseharian hidup kita. Seringkali kita melihat bahkan menyadari bahwa antara ucapan dan perbuatan itu gak sejalan. Apa yang dikatakan berbeda jalan dengan apa yang kita lakukan. Seseorang yang berkata "Aku ini pengikut Kristus", tapi sayang kehidupannya tak mencerminkan "Ke-Kristus-an".
Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Paulus menceritakan pengalamannya ketika ia bertemu dengan Kefas (Petrus) yang ia katakan "laku tindakan mereka itu tidak sesuai dengan Kebenaran Injil" (ayat 12-14).
Hari ini kita sama-sama mau belajar tentang bagaimana dan apa yang harus kita lakukan ketika, seperti Paulus, kita berjumpa dengan seseorang yang "laku tindakannya itu tak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan", padahal mereka itu berkata "aku ini pengikut Kristus".







BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Menyuarakan kebenaran adalah salah satu cara untuk memberi makna bagi diri kita sebagai umat manusia. Namun di tengah kultur kehidupan yang semakin individualis dan mendewakan materialisme seperti saat ini, upaya menyuarakan kebenaran pasti mendapatkan tantangan cukup berat. Tetapi selama kita berkomitmen untuk memperjuangkan nilai-nilai moralitas maka suatu saat pasti kita akan memetik hasil yang positif pula.
Dalam menyuarakan suara kebenaran pasti ada tantangan yang kita hadapi. Jangan mundur! Jadilah seperti Yeremia yang menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Keyakinan dan kepercayaan kita kepada Tuhan akan membantu diri kita sendiri bahwa Tuhan akan setia kepada janji-Nya untuk menyertai kita.
3.2  SARAN
1.      Jangan ragu untuk menyuarakan kebenaran.
2.      Tetapi terlebih dahulu perbaiki diri sendiri terutama sikap kita agar sesuai dengan nilai-nilai moralitas.
3.      Bersikaplah waspada untuk terus memperbaiki diri, karena perubahan itu terjadi secara perlahan tanpa kita sadari.
4.      Tetap teguh dan tangguh untuk menyuarakan kebenaran.
5.      Selamat Menyuarakan Suara Kebenaran!









PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai menyuarakan kebenaran dalam makalah ini. Tentunya masihb banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya tujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Saya banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun bagi saya demi sempurnanya makalah ini di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi saya dan pada khusunya juga para pembaca yang budiman.


















DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar